HIV dan AIDS

12:30:00 AM

Apa itu AIDS?
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala penurunan kekebalan tubuh, sehingga tubuh menjadi rentan terhadap penyakit lain yang mematikan. Penyakit ini disebabkan oleh virus (jasad sub-renik) yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV).

gambar virus HIV
Bagaimanakah HIV melemahkan sistem kekebalan tubuh?
Sasaran penyerangan HIV adalah sistem kekebalan tubuh, terutama sel-sel limfosit T4. atau disebut juga CD4-T. Selama terinfeksi, limfosit menjadi media pengembangbiakan virus. Jika sel-sel limfosit T4 mati, virus akan dengan bebas menyerang sel-sel limfosit T4 lainnya yang masih sehat. Akibatnya, daya tahan tubuh akan semakin menurun. Akhirnya, sistem kekebalan tak mampu melindungi tubuh. Ini akan membuat kuman penyakit infeksi lain (kadang disebut infeksi oportunistis/infeksi mumpung) akan masuk dan menyerang tubuh penderita. Bahkan, kuman-kuman lain yang jinak tiba-tiba bisa menjadi ganas. Kuman itu bisa berupa virus lain, bakteri, mikroba, jamur, ataupun mikroorganisme patogen lainnya. Jika sudah begitu, penderita bisa saja meninggal karena TBC, diare, kanker kulit, infeksi jamur, dll.

Bagaimana mengetahui seseorang mengidap HIV?
Sejak tertular sampai dengan mendapat infeksi oportunistis, tidak mudah menyatakan seseorang mengidap HIV hanya dengan melihat secara fisik. Penyakit ini secara dini hanya bisa diketahui jika dilakukan dengan pengujian di laboratorium. Pengujian dilakukan dengan mengukur adanya zat anti (antibodi) dalam darah penderita. Dalam hal ini, seseorang yang tertular HIV melampaui tahapan (atau stadium) sebagai berikut.

Stadium Inkubasi
Virus menginfeksi tubuh dan bersembunyi dalam sel darah putih. Umumnya, belum ada gejala apa-apa. Sebagian orang mungkin merasa lelah, kehilangan selera makan, sedikit pembengkakan pada kelenjar getah bening (di ketiak, leher, dan paha). Pada masa ini, HIV dalam darah belum dapat ditentukan. Namun, penderita sudah bisa menularkan HIV ke orang lain.

Stadium Awal (Window Period)
Sesudah 3-6 bulan, baru pemeriksaan darah tersebut akan menunjukkan tanda HIV positif atau disebut seropositif. Artinya, dalam tubuh orang tersebut telah terbentuk zat anti (antibodi) terhadap virus HIV. Seseorang yang seropositif HIV kemungkinan akan tetap sehat atau hanya menderita tanda atau gejala sakit biasa. Penderita kadang hanya mengalami pembengkakan kelenjar getah bening, penurunan berat badan, berkeringat, diare, dan beberapa infeksi ringan.

Stadium Tenang
Masa ini umumnya berjalan sekitar 2-10 tahun (rata-rata 5 tahun). Pada masa ini, penderita secara fisik mungkin kelihatan normal atau hanya sakit ringan yang umum. Namun, secara perlahan, HIV akan menghancurkan sistem kekebalannya.

Stadium AIDS (Full Blown)
Pada masa ini, virus akan menghancurkan sebagian besar atau seluruh sistem kekebalan tubuh sehingga mulai tampak adanya infeksi oportunistis. Contohnya adalah radang paru-paru, kanker kulit, TBC, penyakit saraf, penyakit saluran pencernaan, dan berbagai kanker lainnya. Penyakit-penyakit ini sulit disembuhkan. Umumnya, jika keadaan penderita semakin memburuk, penyakit tersebut bisa menyebabkan kematian.

dengan pemeriksaan darah saja seseorang bisa diketahui apakah tertular HIV atau tidak. Sebenarnya, pemeriksaan darah bukan untuk menentukan seseorang terkena HIV atau tidak. Penelitian ini untuk menemukan serum anti terhadap HIV yang masuk ke dalam darah. Itu sebabnya dalam stadium inkubasi, pada saat serum anti belum terbentuk, pemeriksaan darah tidak diketahui adanya penularan. Namun ternyata HIV sudah ada dalam darah dan bisa menyebar ke orang lain.

Bagaimana HIV dapat ditularkan?
Jika seseorang telah seropositif terhadap HIV, dalam tubuhnya telah mengandung virus tersebut. HIV yang paling besar terdapat dalam darah, cairan vagina, air mani, dan produk darah lainnya. Apabila sedikit darah atau cairan tubuh lain dari pengidap HIV berpindah secara langsung ke tubuh orang lain yang sehat, ada kemungkinan orang itu akan tertular AIDS. Cara penularan yang paling umum melalui sanggama, transfusi darah, jarum suntik, dan kehamilan. Penularan melalui ludah, kotoran, keringat, dll. secara teoretis mungkin saja bisa terjadi. Namun, kemungkinannya sangat kecil.

Bagaimana HIV tidak ditularkan?
  • Berjabat tangan dengan para penderita AIDS
  • Memberikan P3K dengan prosedur yang benar
  • Bermain bersama dengan pengidap HIV
  • Berciuman tanpa kontak cairan mulut atau darah dari luka
  • Digigit nyamuk atau serangga
  • Anak yang di gendong oleh pengidap AIDS
  • Naik bus yang penuh sesak dengan para penderita AIDS
  • Percikan ludah, batuk atau bersin dari penderita AIDS
  • Merawat pengidap AIDS sesuai dengan prosedur
  • Makan dan minum bersama dengan pengidap AIDS
Bagaimana melindungi diri dari penuluran AIDS?
Kita semua, khususnya remaja, harus “melindungi diri“ dari AIDS. Ini penting karena, kalau seorang remaja tertular HIV, keseluruhan cita-cita dan masa depannya bisa hancur. Secara mudah, perlindungan dari AIDS dilakukan dengan ABC.
  • A: Abstinence alias puasa bagi remaja yang belum menikah. jangan dekat-dekat dengan sanggama. Jauhkan diri dari zina.
  • B: Be faithful alias setia pasangan hidup bagi mereka yang sudah menikah. 
  • C: Condom alias kondom bagi mereka yang berada dalam keadaan-keadaan khusus seperti para suami atau remaja yang tidak kuat puasa atau setia dan masih terdorong melakukan zina.
Tambahan perlindungan yang sangat penting
  • Hindari transfusi darah. Jika terpaksa melakukan tranfusi, yakinkan bahwa darah yang dipakai telah diperiksa oleh Unit Kesehatan Transfusi Darah (UKTD) PMI sebagai darah bebas HIV (juga bebas hepatitis, malaria, dan sifilis).
  • Hindari suntik-menyuntik. Sebagian besar obat sama atau • lebih efektif diminum daripada disuntikkan. Jika terpaksa disuntik, yakinkah jarum dan tabung suntiknya baru dan belum dipakai orang lain.
  • Berhati-hatilah dalam menolong orang luka dan berdarah. • Gunakan prosedur P3K yang baku dan aman.
  • Bila ada suatu tanda atau gejala yang meragukan, secepatnya • periksa ke dokter.
Bagaimana seharusnya sikap kita terhadap ODHA (Orang dengan pengidap HIV dan AIDS)?
Semua harus bersikap biasa (tanpa membedakan) seperti sikap kita terhadap orang sehat atau penderita penyakit lain. Semua hal dapat dilakukan bersama penderita, kecuali kegiatan yang menyebabkan adanya pemindahan/kontak darah (cairan tubuh lain) dari pengidap HIV dan AIDS kepada orang lain. Misalnya adalah sanggama tanpa kondom, transfusi darah, dan tato/suntik dengan alat yang sama.
Sikap membedakan, apalagi memusuhi, akan menyebabkan penderita tertekan. Akibatnya, mereka bisa saja terdorong untuk menularkan penyakit secara tak bertanggung jawab. Maka dari itu, penderita HIV dan AIDS membutuhkan dukungan agar mereka memiliki kepercayaan diri dan mampu berbuat banyak bagi masyarakat.

Cara membantu penderita AIDS
Bangkitkan kepercayaan mereka dan berilah dukungan serta kasih sayang. Katakan bahwa mereka masih bisa berbuat apa saja seperti sebelumnya. Satu-satunya perbedaan adalah mereka harus memakai kondom kalau melakukan sanggama. Berilah pemahaman terhadap masalah yang mereka hadapi dan cara mengatasinya.
Jangan merasa tertekan secara berlebihan karena semua orang pasti diberi cobaan. Harus pasrah kepada Allah dan tabah menghadapinya. Tak perlu menyesali diri berlebihan. Lebih baik sering mendekatkan diri kepada Tuhan dengan memperbanyak doa dan ibadah agama.
Tidak perlu merasa kehilangan hak mendapat pelayanan dan perawatan dari orang lain. Jalinlah komunikasi untuk berbagi rasa secara terbuka dan jujur.

Cara membantu keluarganya
Terimalah anggota yang menderita AIDS secara wajar. Jangan dibedakan, jangan ditakuti, dan jangan disingkiri. Namun juga jangan dilebih-lebihkan. Dalam semua hal, berbuatlah seperti biasa. Satu-satunya perkecualian adalah dalam hal bersanggama dengan pasangan. Hubungan seksual harus dilakukan dengan memakai kondom. Yang juga penting adalah besarkan jiwanya. Ajak penderita meningkatkan ibadah dan melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat.

Bagaimanakah merawat penderita HIV dan AIDS?
Yang perlu diingat, kita harus tetap memperhatikan prosedur P3K ketika melakukan perawatan kepada penderita. Penderita AIDS dalam stadium berat perlu dirawat oleh tenaga kesehatan yang berpengalaman. Untuk perawatan di rumah bagi penderita yang tidak berat harus dilakukan dengan hati-hati agar tak tertular.

Penggunaan prosedur P3K yang aman adalah sebagai berikut.
  • Gunakan sarung tangan dan celemek untuk perawatan
  • Cucilah tangan setiap habis tugas
  • Pakaian kotor dan berdarah harus dicuci dengan air panas
  • Sikat gigi dan alat cukur jangan digunakan bergantian
  • Hindari kontak langsung jka Anda punya luka
Bagaimana cara mengobati penderita AIDS? Apa itu obat antiretroviral?
Anggapan AIDS tidak ada obatnya adalah salah. Sebagian besar infeksi oportunistis dapat diobati, bahkan dicegah dengan obat yang tidak terlalu mahal dan tersedia secara luas. Saat ini sudah ada obat yang cukup canggih, yang dapat memperlambat kegiatan HIV menginfeksi sel yang masih sehat. Obat ini disebut sebagai obat antiretroviral. Dalam mengonsumsi obat HIV tidak boleh dengan satu jenis obat saja. Sedikitnya kita harus memakai kombinasi dua jenis obat. Agar terapi ini dapat efektif untuk jangka waktu lama, sebaiknya kita memakai kombinasi tiga obat. Terapi ini disebut sebagai terapi antiretroviral atau ARV.

Berapa harga ARV?
ARV dulu memang sangat mahal. Namun, belakangan ini, harganya terus menurun. Pada Oktober 2003, harga kombinasi tiga obat generik sebesar Rp 300.000 per bulan dan ada kemungkinan akan turun lagi. Meski begitu, harga ini masih di luar kemampuan sebagian besar penderita AIDS.

sekian info yang bisa saya berikan, semoga bermanfaat
copy paste dari Buku Pendidikan Remaja Sebaya (Buku Materi PMR 2008)



You Might Also Like

0 komentar

Subscribe